Sumber belajar

Sumber belajar
Pengertian
Pengertian sumber belajar sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar benda dan orang yang mengandung imformasi yang dapat digunakan sebagai wahana untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.
Katogori Sumber Belajar sbagai berikut :

a.       Tempat atau lingkungan alam sekitar
b.       Benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku peserta didik
c.       Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu tertentu
d.      Buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik
e.       Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi.

Sumber belajar akan menjadi bermakna apabila sumber belajar diorganisir melalui suatu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya.

Fungsi Sumber Belajar

Fungsi sumber belajar
1.      Fungsi Riset dan teori
2.      Fungsi desain
3.      Fungsi produksi dan perumpamaan
4.      Fungsievaluasi dan seleksi
5.      Fusi organisasi dan pelayanan                         

Adapun tahapan-tahapan dalam mengelola sumber belajar adalah sebagai berikut:
Pertama. Membuat daftar kebutuhan memalalui sumber dan sarana
Kedua. golongkan ketersediaan alat. bahan atau sumber belajar tersebut


Komponen Sumber Belajar

Komponen sumber belajar adalah suatu system.. maksudnya sumber belajar itu merupakan suatu kesatuan yang didalamnya terdapat komponen yang saling berhubungan. saling mempengaruhi. serta saling melengkapi.

Adapun komponen-komponen belajar dapat dibagi sebagai berikut
·         Tujuan, misi. dan fungsi sumber belajar. Setiap sumber belajar selalu mempunyai tujuan atau misi yang akan sicapai tujuan Setiap sumberitu  selalu ada. baik secara eksplisit maupun secara inplisit.
·         Bentuk. format, atau keadaan fisik sumber belajar. Wujud sumber belajar secara fisik satu dengan yang lain berbeda-beda, misalnya pusat pembelajaran berbeda dengan kantor bank, meskipun sama-sama memberi informasi perdagangan.
·         Pesan yang dibawa oleh sumber belajar. Setiap suber belajar selalu membawa pesan yang dapat dimanfaatkan oleh pemakainya. antara lain: pesan harus sederhana, cukup luang, lengkap, mudah dimaknai.
·         Tigkat kesulitan atau kompleksitas pemakaian sumber belajar berkaitan dengan keadaan fisik dan pesan sumber belajar. Untuk menentukan apakah sumber belajar itu masih dapat dipergunakan atau tidak di butuhkan waktu, biaya yang terbatas dan lain sebagainya.



Manfaat Sumber Belajar
1.      Memberi pengalaman belajar secara langsung dan konkrit kepada peserta didik, misalnya: karya wisata ke objek seperti meseum, kebun binatang, candi, makam para wali, masjid pondok pesantren dan sebagainya.
2.      Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi alau dilihat.secara langsung dan konkrit. Misalnya: denah, sketsa. foto, film. majalah dan sebagainya.
3.      Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada didalam ruang, misalnya: buku les, foto, film, narasumber. majalah, dan sebagainya.
4.      Dapat memberi informasi yang akurat dan terbaru. misalnya:buku bacaan, ensiklopedia. nnajalah dan sebagainya.
5.      Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan (terhadap instruksional) dan dalam lingkup makro (misalnya: belajar system jarak jauh melalui modul) maupun makro pengaturan ruan yang menarik, simulasi, penggunaan film dan OHP
6.      Dapat merangsang untuk berfikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut. Misalnya: buku teks, buku bacaan, film.dan lain-lain yang mengandung daya penalaran sehingga dapat merangsang peserta didik untuk berfikir, menganalisis dan berkembang lebih lanjut.

7.      Dapat memberikan suri tauladan yang baik (berahlaqul kariamh) pada para mahasiswa.

Sumber : Pembembelajaran IPS MI  STAIN JURAI SIWO METRO

PENGERTIAN DAN HAKEKAT EVALUASI ( makalah )


BAB I
PENDAHULUAN

Dalam pendidikan Islam, tujuan merupakan sasaran ideal yang hendak dicapai. Engan demikian kurikulum telah di rancang, di susun dan di proses dengan maksimal, hal ini pendidikan Islam mempunyai tugas yang berat. Di antara tugas itu adalah mengembangkan potensi fitrah manusia (anak).
Untuk mengetahuui kapasitas, kwalitas, anak didik perlu diadakan evaluasi. Dalam evaluasi perlu adanya teknik, dan sasaran untuk menuju keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Evaluasi yang baik haruslah didasarkan atas tujuan pengajaran yang ditetapkan oleh suro dan kemudian benar-benar diusahakan oleh guru untuk siswa. Betapapun baiknya, evaluasi apabila tidak didasarkan atas tujuan pengajaran yang diberikan, tidak akan tercapai sasarannya.

Konsep Pembelajaran Terpadu Dalam IPA


Konsep Pembelajaran Terpadu Dalam IPA


1.   Kekuatan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu
Walaupun standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA dikembangkan dalam bidang kajian, pada tingkat pelaksanaan guru memiliki keleluasaan dalam membelajarkan peserta didiknya untuk mencapai kompetensi tersebut. Salah satu contoh yang akan dikembangkan dalam model ini adalah guru dapat mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dekat dan relevan untuk dikemas dalam satu tema dan disajikan dalam kegiatan pembelajaran yang terpadu. Yang perlu dicatat ialah pemaduan kegiatan dalam bentuk tema sebaiknya dilakukan pada jenjang kelas yang sama dan masih dalam lingkup  IPA .

Kekuatan/manfaat yang dapat dipetik melalui pelaksanaan pembelajaran terpadu antara laian sebagai berikut.
(1)         Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, karena ketiga bidang kajian tersebut (Fisika, Kimia, dan Biologi) dapat dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
(2)         Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antarkonsep Fisika, Kimia, dan Biologi.
(3)         Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran.
(4)         Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan  pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA.
(5)         Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan.
(6)         Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait,  sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, dan memudahkan memahami hubungan materi IPA  dari satu konteks ke konteks lainnya.
(7)         Akan terjadi peningkatan kerja sama  antarguru bidang  kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.
       
Di samping kekuatan/manfaat yang dikemukakan itu, model pembelajaran IPA Terpadu juga memiliki kelemahan. Perlu disadari, bahwa sebenarnya  tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk semua konsep, oleh karena itu model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang akan diajarkan. Begitu pula dengan pembelajaran terpadu dalam IPA memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut ini.

(1)         Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas,  memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal,  rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan  yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu dalam IPA  akan sulit terwujud.

(2)         Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.

(3)         Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.

(4)         Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.

(5)         Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.

(6)         Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.

Sekalipun pembelajaran terpadu mengandung beberapa kelemahan selain keunggulannya, sebagai sebuah bentuk inovasi dalam implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar perlu dikembangkan lebih lanjut. Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan di atas, perlu dibahas bersama antara guru bidang kajian terkait dengan sikap terbuka. Kesemuanya ini ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran IPA .



Sumber : Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas

Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam


Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri  dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)  di SMP/MTs, meliputi bidang kajian fisika, bumi antariksa, biologi, dan kimia yang sebenarnya sangat berperan dalam membantu peserta didik untuk memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam  merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya.

Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA  sebagai  “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.

Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA  meliputi empat unsur utama yaitu:
(1)   sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru  yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA  bersifat open ended;
(2)   proses: prosedur pemecahan masalah  melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
(3)   produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
(4)   aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat unsur itu merupakan ciri IPA  yang utuh yang  sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Dalam proses pembelajaran IPA  keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru. Kecenderungan pembelajaran IPA   pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA  sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA  sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.

Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered,  guru hanya menyampaikan IPA  sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual. Peserta didik hanya mempelajari IPA  pada domain kognitif yang terendah. Peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif  dan psikomotor.  Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yang terlalu banyak.

Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA  dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA  dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Dalam kenyataan, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai bidang kajian IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik,  atau karena mereka tak berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian, mereka tetap berharap agar pembelajaran IPA  di sekolah dapat disajikan secara menarik, efisien, dan efektif.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai peserta didik yang dituangkan dalam empat aspek yaitu, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta.

Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan oleh sekolah, disesuaikan dengan lingkungan setempat, dan media serta lingkungan belajar yang ada di sekolah. Semua ini ditujukan agar guru dapat lebih aktif, kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa meninggalkan isi kurikulum.

Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah



Sumber : Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas

Metode Ceramah.


Metode Ceramah.

Metode ceramah adalah "suatu metode di dalam pendidikan dimana cara menyampaikan pengertian-pengertian materi kepada anak didik dengan jalan penerangan dan penuturan secara lisan".[1]
Untuk penjelasan uraiannya, guru dapat mempergunakan alat-alat bantu mengajar yang lain, misalnya gambar-gambar, peta, denah dan alat peraga lainnya. Pelaksanaan ceramah yang wajar terletak pada pemberian fakta atau pendapat dalam waktu yang singkat kepada jumlah pendengar yang besar dan "apabila cara lain tidak mungkin ditempuh, misalnya karena tidak adanya bahan bacaan, dan untuk memperkenalkan sesuatu yang baru".[2]
Metode ceramah atau metode khutbah atau pidato oleh sementara ahli disebut "one man show method', oleh karena yang menonjol dan aktif hanyalah seorang saja yaitu guru berada dalam suasana dalam kelas berada dalam suasana/kondisi pasif".[3]
Metode ceramah ini sangat tepat digunakan dalam situasi tertentu diantaranya :
1.      Apabila akan menyampaikan bahan/materi kepada orang banyak.
2.      Apabila penceramahnya orang pembicara yang baik dan berwibawa
3.      Apabila tidak ada waktu untuk berdiskusi dan bahan pelajaran yang akan disampaikan terlalu banyak.
4.      Apabila bahan/materi yang akan di sampaikan hanya merupakan keterangan/penjelasan (tidak terdapat alternatif lain yang dapat didiskusikan".[4]


[1]Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya, : Usaha Nasional, 1984), hlm.72.
[2]Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta  : Rajawali, 1997), hlm. 43
[3]HM. Arifin, Hubungan Timbal Bailk Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta  : Bulan Bintang, 1986), hlm. 166.
[4]Zuhairini, dkk., Op. Cit., hlm. 72.

Metode Demonstrasi dan Eksperimen


Metode Demonstrasi dan Eksperimen

                        Metode demonstrasi adalah suatu cara penyajian materi pelajaran dengan cara menunjukkan proses pelaksanaan materi yang dijadikan  tersebut secara langsung di depan murid sehingga murid-murid dapat menyaksikannya untuk dipahami dan ditiru. Penggunaan metode demonstrasi dilakukan dengan cara mempertunjukkan sesuatu proses berkenaan dengan bahan pelajaran. Hal ini dapat dilakukan baik oleh guru maupun orang luar yang diundang ke kelas".[1]
                        Metode demonstrasi sangat penting untuk memberikan gambaran secara riil terhadap suatu pelaksanaan perbuatan tertentu misalnya cara ibadat shalat, cara memandikan mayat dan sebagainya. Fungsi metode demonstrasi adalah :
                             "Memperlihatkan kepada semua murid-murid di dalam kelas tentang suatu proses, misalnya "bagaimana cara berlangsungnya suatu proses atau bagaimana melaksanakan suatu ibadat, seperti manasik haji, gerakan-gerakan yang benar di dalam shalat, sembahyang 2 hari raya, shalat jenazah dan sebagainya".[2]

                    Selain demonstrasi ada pula hal yang berkaitan adalah metode  eksperimen, yaitu "guru atau peserta didik  mencoba mengerjakan sesuatu, serta mengamati proses-proses berlangsungnya sesuatu dan memperlihatkan dengan teliti mengenai hasil percobaan itu".[3]
                    Dalam pengajaran pendidikan agama Islam, metode eksperimen tersebut juga sangat penting misalnya bagaimana proses mencari debu untuk tayamum, bagaimana membedakan air yang suci atau air yang najis, bagaimana cara menyamak kulit serta bahan-bahannya untuk menjadikan kulit itu suci dan dapat dipergunakan untuk kebutuhan alat-alat manusia dan sebagainya.


[1]Mohammad Ali, Konsep dan Penerapan CBSA., (Bandung  : Sarana Panca Karya, 1988), hlm.103.
[2]Tayar Yusuf, Ilmu Praktek Mengajar MKPS, (Bandung  : Al Maarif,  1987), hlm. 56
[3]Tayar Yusuf, Ilmu Praktek Mengajar MKPS, (Bandung  : Al Maarif,  1987), hlm. 56-57.