Konsep Pembelajaran Terpadu Dalam IPA
1. Kekuatan dan Kelemahan
Pembelajaran Terpadu
Walaupun standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA dikembangkan
dalam bidang kajian, pada tingkat pelaksanaan guru memiliki keleluasaan dalam
membelajarkan peserta didiknya untuk mencapai kompetensi tersebut. Salah satu
contoh yang akan dikembangkan dalam model ini adalah guru dapat
mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dekat dan relevan
untuk dikemas dalam satu tema dan disajikan dalam kegiatan pembelajaran yang
terpadu. Yang perlu dicatat ialah pemaduan kegiatan dalam bentuk tema sebaiknya
dilakukan pada jenjang kelas yang sama dan masih dalam lingkup IPA .
Kekuatan/manfaat
yang dapat dipetik melalui pelaksanaan pembelajaran terpadu antara laian
sebagai berikut.
(1)
Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan
terjadi penghematan waktu, karena ketiga bidang kajian tersebut (Fisika, Kimia,
dan Biologi) dapat dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat
dikurangi bahkan dihilangkan.
(2)
Peserta
didik dapat melihat hubungan yang bermakna antarkonsep Fisika, Kimia, dan
Biologi.
(3)
Meningkatkan
taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta didik dihadapkan pada
gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi
situasi pembelajaran.
(4)
Pembelajaran
terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan
pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA.
(5)
Motivasi
belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan.
(6)
Pembelajaran
terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara
pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi
dan mendalam, dan memudahkan memahami hubungan materi IPA dari satu konteks ke konteks lainnya.
(7)
Akan
terjadi peningkatan kerja sama antarguru
bidang kajian terkait, guru dengan
peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan
narasumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata,
dan dalam konteks yang lebih bermakna.
Di samping kekuatan/manfaat yang dikemukakan itu, model
pembelajaran IPA Terpadu juga memiliki kelemahan. Perlu disadari, bahwa
sebenarnya tidak ada model pembelajaran
yang cocok untuk semua konsep, oleh karena itu model pembelajaran harus
disesuaikan dengan konsep yang akan diajarkan. Begitu pula dengan pembelajaran
terpadu dalam IPA memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut ini.
(1)
Aspek Guru: Guru
harus berwawasan luas, memiliki kreativitas
tinggi, keterampilan metodologis yang handal,
rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan
materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan materi
yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak
terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran
terpadu dalam IPA akan sulit terwujud.
(2)
Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang
relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini
terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik
(mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif
dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka
penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
(3)
Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran
terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan
bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang,
memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak
dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
(4)
Aspek kurikulum:
Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman
peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu
diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan
pembelajaran peserta didik.
(5)
Aspek penilaian:
Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif),
yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian
terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk
menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif,
juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran
berasal dari guru yang berbeda.
(6)
Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian
dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan
sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi
gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang
pendidikan guru itu sendiri.
Sekalipun pembelajaran terpadu mengandung beberapa
kelemahan selain keunggulannya, sebagai sebuah bentuk inovasi dalam
implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar perlu dikembangkan lebih
lanjut. Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan di atas, perlu dibahas bersama
antara guru bidang kajian terkait dengan sikap terbuka. Kesemuanya ini
ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran IPA .
Sumber : Pusat
Kurikulum, Balitbang Depdiknas