PRINSIP DAN SISTEM EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM
Evaluasi
merupakan penilaian tentang suatu aspek yang dihubungkan dengan situasi aspek
lainnya, sehingga diperoleh gambaran yang menyeluruh jika ditinjau dari
beberapa segi. Oleh karena itu dalam melaksanakan evaluasi harus memperhatikan
berbagai prinsip antara lain :
1. Prinsip Kesinambungan (kontinuitas)
Dalam
ajaran Islam, sangat memperhatikan prinsip kontinuitas, karena dengan berpegang
pada prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang menjadi valid dan
stabil (Q.S. 46 : 13-14).
2. Prinsip Menyeluruh (komprehensif)
Prinsip
yang melihat semua aspek, meliputi kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman
ketulusan, kerajinan, sikap kerjasama, tanggung jawab (Q.S. 99 : 7-8).
3.
Prinsip Objektivitas
Dalam
mengevaluasi berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaharui
oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional. Allah SWT memerintahkan agar
seseorang berlaku adil dalam mengevaluasi. Jangan karena kebencian menjadikan
ketidak objektifan evaluasi yang dilakukan (Q.S. : 8), Nabi SAW pernah bersabda
: “Andai kata Fatimah binti Muhammad itu mencuri, niscaya aku tidak segan-segan
untuk memotong kedua tangannya”.
Demikian pula halnya dengan Umar bin Khottob
yang mencambuk anaknya karena ia berbuat zina. Prinsip ini dapat ditetapkan
bila penyelenggarakan pendidikan mempunyai sifat sidiq, jujur, ikhlas, ta’awun, ramah,dan lainnya
Sistem
evaluasi dalam pendidikan Islam mengaku pada sistem evaluasi yang digariskan
oelh Allah SWT, dalam al-Qur’an dan di jabarkan dalam as-Sunnah, yang dilakukan
Rasulullah dalam proses pembinaan risalah Islamiyah.
Secara
umum sistem evaluasi pendidikan sebagai berikut :
1.
Untuk
menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema
kehidupan yang dihadapi (Q.S. Al-Baqarah/ 2 : 155).
2.
Untuk
mengetahui sejauhmana atau sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah
diaplikasikan Rasulullah saw kepada umatnya (QS. An Naml/27:40).
3.
Untuk
menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan seseorang,
seperti pengevaluasian Allah terhadap nabi Ibrahim yang menyembelih Ismail
putra yang dicintainya (QS. Ash Shaaffat/37:103-107).
4.
Untuk
mengukur daya kognisi, hafalan manusia dan pelajaran yang telah diberikan
kepadanya, seperti pengevaluasian terhadap nabi Adam tentang asma-asma yang
diajarkan Allah kepadanya dihadapan para malaikat (QS. Al-Baqarah/2:31).
5.
Memberikan
semacam tabsyir (berita gembira) bagi yang beraktifitas baik, dan memberikan
semacam ‘iqab (siksa) bagi mereka yang berakltifitas buruk (QS. Az Zalzalah/99:7-8).
6. Allah SWT dalam mengevaluasi hamba-Nya, tanpa memandang
formalitas (penampilan), tetapi memandang subtansi dibalik tindakan hamba-hamba
tersebut (QS. Al Hajj/22:37).
7. Allah SWT memerintahkan agar berlaku adil dalam
mengevaluasi sesuatu, jangan karena kebencian menjadikan ketidak objektifan
evaluasi yang dilakukan (QS. Al Maidah/5:8).