PENDIDIKAN MENURUT PENDAPAT PARA AHLI

PENDIDIKAN MENURUT PENDAPAT PARA AHLI


1. Mortimer J. Adier mengartikan: pendidikan adalah proses dengan mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempumakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapa pun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu kebiasaan yang baik.[1] Definisi di atas dapat dibuktikan kebenarannya oleh filsafat pendidikan, terutama yang menyangkut permasalahan hidup manusia, dengan kemampuan-kemampuan asli dan yang diperoleh atau tentang bagaimana proses mempengaruhi perkembangannya harus dilakukan. Akan tetapi, yang jelas ialah bahwa mendefinisikan problem filsafat pendidikan tidak akan dapat dilakukan bilamana tidak dapat mendefinisikan arti pendidikan itu sendiri. Suatu pandangan atau pengertian tentang hal-hal yang berkaitan dengan objek pembahasan adalah menjadi pola dasar yang memberi corak berpikir ahli pikir yang bersangkutan. Bahkan arahnya pun dapat dikenali juga.
2. Herman H. Home berpendapat: pendidikan harus dipandang sebagai suatu proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik dengan alam sekitar, dengan sesama manusia, dengan tabiat tertinggi dari kosmos.[2] Dalam pengertian alamiah yang luas, proses kependidikan tersebut menyangkut proses seseorang menyesuaikan dirinya dengan dunia sekitarnya. Sedang dalam pengertiannya yang lebih dangkal (sempit) dunia sekitarnya pun melakukan proses penyesuaian dengan dirinya. Dia belajar untuk mengetahui cara-cara jalannya alam dan dalam batas-batas tertentu ia harus dapat mengontrol alam sekitar itu. Dia juga belajar mengenai apa saja yang diperlukan oleh sesama manusia terhadap dirinya dan bagaimana ia harus bekerja sama dengan orang lain, serta bagaimana mempengaruhinya. la juga harus belajar mengetahui dan merasakan keakraban dirinya dengan alam sekitar lingkungan hidupnya, agar dirinya merasa betah tinggal di alam raya ini, tidak merasa terasing hidup di dunianya sendiri. Oleh karena itu, bila pengertian di atas dijadikan landasan pemikiran filosofis, maka secara ideal, filsafat pendidikan mengakui bahwa manusia itu harus menemukan dirinya sendiri sebagai suatu bagian yang integral dari alam raya yang rohaniah dan jasmaniah.[3]
3. William Me Gucken, S.J. seorang tokoh pendidikan Katolik berpendapat, bahwa pendidikan diartikan oleh ahli skolastik, sebagai suatu perkembangan dan kelengkapan dari kemampuan-kemampuan manusia, baik moral, intelektual, maupun jasmaniah yang diorganisasikan, dengan atau untuk kepentingan individual atau sosial dan diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang bersatu dengan penciptanya sebagai tujuan akhimya.


[1] Mortimer J. Adier, Philosophies a/Education, p. 209
[2] Herman H. Home, Philosophies of Education, p. 140.
Filsafat Pendidikan Islam
[3] Ibid.