Usaha-usaha dalam Membentuk
Kepribadian Muslim
Usaha-usaha dalam pembentukan kepribadian muslim
adalah dengan memberikan materi pendidikan akhlak yang meliputi :
a.
Pensucian jiwa
b.
Kejujuran dan kebenaran
c.
Menguasai hawa nafsu
d.
Sifat lemah lembut dan rendah hati
e.
Berhati-hati dalam mengambil keputusan
f.
Menjauhi buruk sangka
g.
Mantab dan sabar
h.
Menjadi teladan yang baik
i.
Beramal soleh dan berlomba-lomba berbuat baik
j.
Menjaga diri
k.
Ikhlas
l.
Hidup sederhana
m.
Pintar mendengar kemudian mengikutinya[1]
Menanamkan sifat-sifat di atas terhadapa anak didik
dapat disebut usaha dalam membentuk kepribadian muslim, serta m,erupakan suatu
pembentukan kebiasaan yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai akhlakul karimah.
Sedangkan aspek- aspek pembentukan kepribadian muslim adalah sebagai berikut:
1.
Aspek idiil atau dasar bersumber dari ajaran wahyu
2.
Aspek materiil atau bahan berupa pedoman dan ajaran
yang terangkum dalam materi bagi pembentukan akhlakul karimah
3.
Aspek sosial menitik beratkan kepada hubungan yang baik
antara sesama makhluk khususnya manusia.
4.
Aspek teologi pembangunan kepentingan manusia ditujukan
pada pembangunan nial;I-nilai tauhid sehingga upaya untuk menjadikan kemampuan
diri sebagai pengabdi Allah yang setia.
5.
Teologi atau tujuan yang jelas
6.
Duratif atau waktu dilakukan sejak lahir sampai ia
meninggal dunia.
7.
Demostorial atas penghargaan terhadap faham lawan yang
berbeda
8.
Fitrah manusia, meliputi bimbingan terhadap peningkatan
dan pengembangan jasmani dan rohani ruh.[2]
Jadi pembentukan
kepribadian muslim itu harus seluruh aspek-aspeknya supaya pembentukan
kepribadian menjadi paripurna, menyeluruh, terarah dan berimbang
Selain usaha-usaha di
atas, usaha-usaha pembentukan kepribadian muslim yaang dapat kita lakukan
antara lain:
a.
Pendidikan Keluarga
Pendidikan keluarga adalah tempat tempat
berlangsungnya pendidikan yang pertama dan utama sebelum anak mengenal sekolah
dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan keluatga sangat berpengaruh terhadap
perkembangan pribadi anak, sehingga sebagai pendidik yang pertama dan utama
dalam keluarga adalah ayah dan ibu. Jadi baik dan buruknya pendidikan anak-anak
dalam keluarga tergantung orang tuanya. Hal ini sesuai firman Allah dalam surat Attahrim ayat 6 :
يآاَيُّهَاالَذِيْنَ ا
مَنُوْاقُوْااَنْفُسِكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارَا.
Artinya:
“ Hai orang-orang yang beriman peliharalah diimu dan keluargamu dari siksa api neraka…….”.[3]
Berdasarkan ayat diatas, jelaslah bahwa sebagai orang tua
haru memberikan pengaruh kepadanya, yakni dengan cara mendidiknya dengan ajaran
Islam, seperti tentang keimanan, ketaqwaan, serta akhlak Islam atau dengan kata
lain bahwa orang tua sebagai contoh yang akan ditiru oleh anak-anaknya. Karena orang tua kelak harus bertanggung
jawab menyelamatkan keluarganyaa dari siksa api neraka
b.
Pendidikan di Sekolah
Sekoalh berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam
pendidikan pengajaran, belajar yang tidak didapatkan si anak dalam keluarga.
Dengan adanya pendidikan di sekolah maka pendidiknya adalah guru. Seorang guru
disamping memberikan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan pendidikan agama, juga
berfungsi sebagai pembantu keluarga untuk menjadi seorang pendidik dalam usaha
pembentukan kepribadian anak. Dalam hal ini guru agamalah yang sangat berperan
dalam membentuk kepribadian muslim pada anak didik atau murid.
c.
Lingkungan Masyarakat
Pendidikan di masyarakat dapat dikatakan pendidikan
tidak langsung, yang dilaksanakan secara tidak sadar baik oleh anak didik itu
sendiri maupun masyarakat. Lembaga pendidikan masyarakat turut membantu
pendidikan anak didik dalam usaha membentuk sikap sosial, keagamaan dan
menambah ilmu pengetahuan. Pendidikan masyarakat juga disebut dengan pendidikan
non formal. Hal ini sesuai dengan pendapat Muri Yusuf yang mengatakan bahwa :
“Pendidikan non formal adalah merupakan pendidikan
di luar sekolah yang secara potensial dapat membantu dan menggantikan
pendidikan formal dalam aspek tertentu, seperti pendidikan dasar atau
ketrampilan kejujuran khususnya”.[4]
Dari ketiga lembaga
pendidikan di atas, mka dapat
juga disebut dengan pendidikan in formal, formal, dan non formal. Ketiga
lkembaga pendidikan di atas merupakan suatu ketentuan dalam pembentukan atau
pembinaan tiap anak untuk membentuk suatu kerpribadian.
Berdasarkan pengertian di atas, bahwa pembentukan
kepribadian muslim di lembaga pendidikan formal atau sekolah, terutama
pendidikan agama Islam sangatlah mengutamakan terbinanya akhlak yang baik pada
manusia. Setiap orang islam harus
berusaha membentuk kepribadiaannya karena dalam membentuk kepribadian bukanlah
hal yang mudah, melainkan sangat memerlukan waktu yang lama, ketabahan,
keuletan dalam mendidik anaknya hingga kepribadian akan tercapai sesuai dengan
ajaran Islam. Abdul Sani, dalam bukunya mengatakan bahwa:
“Menanamkan pendidikan
dalam jiwa si anak agar mempunyai akhlak yang bermoral tinggi, berbudi luhur
terhadap siapapun juga dan bila mana saja, tidak mengenal ruang dan tempat,
kalau berkata benar, berbicara jujur, hidup mempunyai malu, jangan suka
berdusta, penipu, memelihara amanah dan menepati janji, sopan santun dalam
bergaul sesama manusia, jangan bersifat angkuh, sombong, tetapi jangan pula
terlalu merendahkan diri, sebaiknya manusia itu bersifat sederhana.”[5]
Bertolak dari pendapat di atas, bahwa pembentukan
kepribadian seorang muslim tidak seperti apa yang kita bayangkan, namun ditempuh dalam waktu
yang lama, bahkan sejak kecil pun harus sudah dilatih berbuat dan bersikap
baik, yang tidakmengenal tempat, waktu dan situasi. Dengan memberikan
latihan-latihan berbuat baik diharapkan anak kelak menjadi dewasa ia mempunyai
kepribadian muslim, yang dari aspek-aspek kepribadian tersebut harus dilandasi
dengan ajaran Islam.
Konsepsi Islam tentang bagaimana wujud kepribadian
muslim yaitu aspek-aspek yan harus dikembangkan adalah identik dengan
aspek-aspek pribadi muslim seutuhnya. Sebagai mana dikatakan oleh Mahmud Yunus:
“ Perbuatan seseorang dalam perjalanan hidup
sehari-hari itu mencerminkan tabiat (kelakuan) dan apa-apa yang dibiasakan di
waktu kecil itu menjadi tabiat di waktu dewasa”.[6]
Dari pendapat di atas, jelaslah bahwa Islam
menganjurkan di dalam pem,bentukan kepribadian muslim itu harus dengan
latihan-latihan dan pembiasaan sejak kecil. Karena usah-usaha pembentukan
kepribadian muslim itu sama dengan usaha-usaha pembentukan manusia seutuhnya
melaui pendidikan.
Menurut ajaran Islam ada tiga aspek pokok yang
memberikan corak khusus bagi seorang muslim
yaitu :
1.
Adanya wahyu Tuhan yang memberikan ketetapan kewajiban
pokok yang harus dilaksanakan oleh seseorang muslim yang mencakup seluruh
lapangan hidupnya, baik yang menyangkut tugas-tugasnya terhadap Tuhan atau
terhadap masyrakat. Dengan ajaran kewajiban ini menjadi seorang muslim siap
sedia untuk berpartisipasi dan beramal soleh dan bahkan bersedia untuk
mengorbankan jiwanya demi terlaksananya ajaran agama.
2.
Praktek ibadah yang harus dilaksanankan dengan aturan
yang pasti dan teliti. Hal ini akan mendorong tiap orang muslim untuk
memperkuat rasa berkelompok dengan sesamanya secara terorganisir.
3.
Konsep Al Qur’an tentang alam yang menggambarkan
penciptaan manusia secara harmonis dan seimbang di bawah perlindungan Tuhan.
Ajaran ini juga akan mengukuhkan kelompok.[7]
Dengan demikian arti seorang pendidik dan juga orang
tua sangat berperan.
Sebagai pendidik ia harus
memberi contoh suri tauladannya, dan disamping itu memberikan latihan-latihan
dan bimbingan yang berlangsung sesuai dengan ajaran Islam. Sebagaimana
dikatakaan oleh Utbah bin Abu Sufyan sebagai berikut:
“Sebelum engkau memperbaiki
anak-anakmu hendaklah engkau memperbaiki diri engkau terlebih dulu, karena mata
mereka terpaku kepada engkau, yang baik pada sisi mereka apa yang kau katakan
baik, yang keji pada sisi mereka ialah apa yang katakaan keji, maka hendaklah
engkau seperti dokter tidak bersegera memberi obat sebelum mengetahui
penyakitnya”.[8]
Dari pennjelasan-penjelasan di atas ,maka penulis simpulkan
bahwa usaha-usaha untuk membentuk kepribadian muslim adalah terlebih dulu pada
guru atau pendidik harus menjadi suri tauladan yang baik terhadap anak didik yang sesuai dengan ajaran
Islam. Disamping itu juga harus memberikan latihan-latihan dan bimbingan serta
kebiasaan yang baik agar dapat memberikan arah dan tujuan yang berdasarkan
agama Islam.
[1]
jalaludin dan Usman Said, Filsafat
Pendidikan Islam, Grafindo Persada, Jakarta ,
1996, hlm 95
[2]
Ibid, hlm 96.
[3]
Al Qur’an dan Terjemahnya, Op-Cit,
hlm 951
[4]
A. Muri Yusuf, Op-Cit, hlm 63
[5]
Abdul Sani, Anak Yang Sholeh, Bulan
Bintang, Jakarta ,
1974, hlm 65.
[6]
Mahmud Yunus, Metodik KhususPendidikan
Agama Islam, Usaha Nasional, Surabaya ,
1982, hlm 242
[7]
Sobri Nurjan, Diktat Filsafat Pendidikan
Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan, Bandar Lampung, 1989, hlm 53-54
[8]
Mahmud Yunus, Op-Cit, hlm 145