PANDANGAN FILSAFAT TENTANG HAKEKAT MANUSIA
A.
HAKEKAT
MANUSIA
Ilmu
yang mempelajari tentang hakekat manusia disebut antropologi filsafat. Hakekat
berarti adanya berbicara mengenai apa manusia itu, ada empat aliran yang
dikemukakan yaitu : aliran serba zat, aliran serba ruh, aliran dualisme, aliran
eksistensialisme.
a. Aliran
Serba Zat
Aliran
serba zat ini mengatakan yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi,
alam ini adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur dari alam, maka dari
itu manusia adalah zat atau materi.
Aliran
ini berpendapat bahwa segala hakekat sesuatu yang ada didunia ini ialah ruh,
juga hakekat manusia adalah ruh, adapun zat itu adalah manifestasi dari pada
ruh diatas dunia ini. Fiche mengemukakan bahwa segala sesuatu yang lain (selain
ruh ) yang rupanya ada dan hidup hanyalah suatu jenis perumpamaan, perubahan
atau penjelmaan dari ruh ( Gazalba, 1992: 288 ). Dasar pikiran aliran ini ialah
bahwa ruh itu lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari pada materi. Hal ini
mereka buktikan dalam kehidupan sehari-hari, yang mana betapapun kita mencintai
seseorang jika ruhnya pisah dengan badannya, maka materi/jasadnya tidak ada
artinya. Dengan demikian aliran ini menganggap ruh itu ialah hakekat, sedangkan
badan ialah penjelmaan atau bayangan.
c.
Aliran Dualisme
Aliran
ini menganggap bahwa manusia itu pada hakekatnya terdiri dari dua substransi
yaitu jasmani dan rohani. Kedudukannya substansi ini masing-masing merupakan
unsur asal, yang adanya tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak
berasal dari ruh, dan ruh tidak berasal
dari badan. Perwujudannya manusia tidak serba dua, jasat dan ruh. Antara badan dan ruh terjadi
sebab akibat yang mana keduanya saling mempengaruhi.
d. Aliran
Eksistensialisme
Aliran
filsafat modern berfikir tentang hakekat manusia merupakan kewajiban eksistensi
atau perwujudan sesungguhnya dari manusia. Jadi intinya hakekat manusia itu
yaitu apa yang menguasai manusia secara menyeluruh. Disini manusia dipandang
tidak dari sudut serba zat atau serba ruh atau dualisme dari dua aliran itu,
tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri didunia ini.
Filsafat berpandangan bahwa hakekat manusia ialah manusia itu merupakan
berkaitan antara badan dan ruh. Islam secara tegas mengatakan bahwa badan dan
ruh adalah substansi alam, sedangkan alam adalah makhluk dan keduanya
diciptakan oleh allah, dijelaskan bahwa proses perkembangan dan pertumbuhan
manusia menurut hukum alam material. Pendirian islam bahwa manusia terdiri dari
substansi yaitu materi dari bumi dan ruh yang berasal dari tuhan, maka hakekat
pada manusia adalah ruh sedang jasadnya hanyalah alat yang dipergunakan oleh
ruh saja. Tanpa kedua substansi tersebut tidak dapat dikatakan manusia.
Pandangan
tentang hakekat manusia ini poespoprodjo mengemukakan bahwa :
1. Hakekat
manusia haruslah diambil dengan seluruh bagiannya yaitu bagian esensional
manusia, baik yang ,metafisis ( animalitas dan rasionalitas ) maupun fisik (
badan dan jiwa ) juga semua bagian yang integral ( anggota-anggota badan dan pelengkapannya
). Manusia wyamajib menguasai hakekatnya yang kompleks san mengendalikan bagian
bagian tersebut agar bekerja secara harmonis. Manusia menurut hakekatnya adalah
hewan dan harus hidup seperti hewan ia wajib menjaga badannya dan memberi apa
kebutuhannya. Tetapi hewan yang berakal budi dan ia harus juga hidup seperti
makhluk yang berakal budi.
2.
Hakekatnya manusia
harus diambil dengan seluruh nisbahnya, seluruh kaitannya tidak hany terdapat
keselarasan batin antara bagian-bagian dan kemampuan –kemampuan yang membuat
manusia itu sendiri, tetapi juga harus terdapat keselarasan antara manusia
denagn lingkungannya.
Keberadaan
manusia dimuka bumi suatu yang menarik.sebab selain manusia itu sendiri selalu
menjadi pokok permasalahan ,juga dapat dilihat bahwa segala peristiwa apapun yang
terjadi didunia ini dan masalah apapun yang harus dipecahkan dibumi ini ,pada
intinya dan akhirnya berhubungan juga dengan manusia .untuk itu usaha
mempelajari hakikat manusia memerlukan pemikiran yang filosofis .karena setiap
manusia akan selalu berfikir tentang dirinya sendiri .namun tingkat pemikiran itu
selalu mempunyai perbedaan (nawawi ,1993:65). Hal itu disadarkan pada pemikiran
bahwa selain sebagai subyek pandidikan ,manusia merupakan objek pendidikan itu
sendiri .
Kedudukan manusia yang paling menarik ialah
bahwa manusia itu menyelidiki kedudukannya sendiri dalam lingkungan yang
diselidiki pula (Drijarkara, 1986:50).suatu kenyataan terkadang yang diperoleh,
ternyata hasil penyelidikan mengenei lingkungannya itu lebih memuaskan dari
pada penyelidikan tentang manusia itu sendiri. Pemikiran tentang hakikat
manusia sejak jaman dahulu sampai jaman modern ini belum berakhir dan tak akan
pernah berakhir karena dalam pandangan yang lebih jauh, antara badan dan ruh
menyatu dalam pribadi manusia yang disebut “aku”.
Manusia
yang pada dasarnya hewan memiliki banyak sifat yang serupa dengan makhluk lain.
Meski demikian ada seperangkat perbedaan antara manusia dengan makhluk lain
yang tidak disamai, yang menganugrahi keunggulan pada diri manusia (
Muthahhari,1992: 62). Kenyataan seperti ini terkadang membuat manusia mempunyai
versi yang berbeda dalam fikirannya. Sesuatu saat manusia akan berfikir bahwa
mereka merupakan salah satu anggota margasatwa ( Animal kingdom). Disaat lain
dia juga akan merasa warga dunia idea dan nilai ( Anshari, 1992:6). Pandangan
seperti itulah yang pada akhirnya akan memperlihatkan keberadaan manusia secara
utuh, bahwa mereka adalah pencari kebenaran.
1.
Pandangan
Ilmu Pengetahuan Tentang Manusia
Hampir
semua disiplin itu pengetahuan dalam bahasannya berusaha menyelidiki dan dan
mengerti tentang makhluk yang bernama manusia. Secara khusus tujuan-tujuan
pendidikan adalah memahami dengan mendalam tentang hakekat manusia itu sendiri.
Aritoteles (384-32 SM) mengatakan bahwa manusia itu adalah hewan berakal sehat,
yang mengeluarkan pendapatnya yang berbicara berdasarkan akal pikirannya (
Zaini dan ananto, 1986 :4) hal itu tentu saja dengan tetap menilai seperangkat
perbedaan antara manusia dengan hewan itu secara umum.
Menurut
tinjauan islam, manusia adalah pribadi atau individu, yang berkeluarga dan
selalu bersilaturrohmi dan mengabdi Tuhan. Manusia juga adalah pemeliharaan
alam sekitar, wakil Allah SWT. Diatas permukaan bumi ini( Muntasir, 1985 : 5).
Manusia dalam pandangan islam selalu berkaitan dengan kisah tersendiri, tidak
hanya sebagai hewan tingkat tinggi yang berkuku pipih, berjalan dengan dua
kaki, berbicara. Islam memandang manusia sebagai makhluk sempurna dibandingkan
sengan hewan. Dan makhluk ciptaan Tuhan yang lain, karena itu manusia disuruh
menggunakan akalnyadan indranya agar tidak salah memahami mana kebenaran yang
sesungguhnya dan mana kebenaran yang dibenarkan, atau dianggap benar (jalaludin
dan usman said , 1994: 28).
Eksistensi
manusia yang padat itulah yang perlu ( dan seharusnya) dimengerti untuk
pemikiran selanjutnya. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk religius,
yang dengan pernyataan itu mewajibkan manusia memperlakukan agama sebagai suatu
kebenaran yang harus dipatuhi dan diyakini ( muhaimin, 1989 : 69). Untuk itu,
adalah sangat penting membangun manusia yang sanggup melakukan pembangunan
diniawi, yang mempunyai arti bagi hidup pribadi diakherat kelak. Dengan kata
lain, usaha ilmu tersebut dalam rangka pembinaan manusia ideal merupakan
progarm utama dalam pendidikan modern ( pendidikan yang lebih maju) pada
masa-masa sekarang ini.
2.
Kepribadian
Manusia Dan Pendidikan
Manusia
merupakan salah satu dari berbagai jenis makhluk hidup, yang sudah ribuan abad
lamanya menghuni bumi sebagai
satu-satunya planet yang paling sesuai untuk dijadikan sebagai tempat hidupnya.
Sebelum menjadi proses pendidikan diluar dirinya , manusia cenderung pada
awalnya berusaha melakukan pendidikan pada dirinya sendiri. Pendidikan dimaksud
, manusia berusaha mengerti dan mencari hakekat kepribadian tentang siapa
mereka yang sebenarnya.
Dalam
kondisi ilmu mantiq ( logoka berfikir ) manusia dikenal dengan sebutan Al-
insani hayawaanun nathiq ( manusia adalah hewan yang berfikir ). Berfikir pada
batasnya ini maksudnya berkata-kata,
dan mengeluarkan pendapat serta fikiran ( anshari, 1982 : 4 ). Pada perjalanan
proses pendidikan, peranan efektif terhadap pembinaan kepribadian manusia dapat
melalui lingkungan dan juga didukung oleh faktor pembawaan sejak manusia mulai
dilahirkan. Dalam kaitan ini perlu ditinjau tentang teori natifisme, empirisme
dan konfergensi. Pada dasarnya tujuan pendidikan secara umum adalah untuk
membina kepribadian manusia secara sempurna . pengertian kriteria sempuna
ditentukan oleh masing-masing pribadi ,masyarakat ,bangsa suatu tempat dan
waktu. Pendidikan yang terutama dianggap sebagai transfer kebudayaan ,
pengembangan ilmu pengetauan akan membawa manusia mengerti dan memahami lebih
luas tentang masalah seperti itu. Dengan demikian ilmu pengetahuan memiliki
nilai-nilai praktis di dalam kehidupan,baik sebagai pribadi maupun sebagai
warga masyarakat.
3.
Masalah
Rohani Dan Jasmani
Terlalu
banyak sebutan dan istilah yang diberikan untuk makhluk-makhluk berakal pikiran
ciptaan Tuhan , seperti homo sapiens , homo rasionli ,animal social ,al-insan
dan lain sebagainya. Bentuk sebutan itu mencerminkana keragaman sifat dan sikap
manusia.hal itu dapat terjadi karena didalam diri manusia itu sendiri terdapat
enam rasa yang menjadi satu , yaitu rasa intelek , rasa agma,rasa susilah, rasa
sosial, rasa seni dan rasa harga diri/sifat ke-aku-an(muhaimin:63).
Maka
tidak heran kalau sejak dulu manusia tiada henti-hentinya berusaha membedakan
antara unsur manusia yang bersifat lahiriah dan maknawiah. Kebanyakan ahli
filsafat yunani bependapat bahwa ruh itu merupakan satu unsur yang harus , yang
dapat meninggalkan badan. Jika dia pergi dari badan, dia kembali ke alamnya
yang tinggi , meluncur keangkasa luar dan tidak mati , sebagai mana ungkapan
phytagoras kepada diasgenes(umar,1984:223).
Islam
berpandangan bahwa hakikat manusia merupakan perakitan antara badan dan
ruh.islam mengatakan dengan tegas bahwa kedua substansi ini adalah substansi
alam(zuhairini : 75 ). Islam memandang permasalahan roh/ruh merupakan suatu hal
yang terbatas untuk dipelajari secara mendalam(Q.S, 17:85). Hal itu menjadi
landasan bukti walaupun banyak ilmu yang telah dimiliki oleh manusia, namun
sampai kapan pun ia tidak akan melebihi Tuhannya, dalam kaitan masalah ruh (
Basalamah, 1993: 155).
Itulah
yang membedakan hasil yang telah dicapai islam dari segi sistem kerohaniannya
yang tampak pada manusia adalah sosok tubuhnya, dalam hal efektifitas dirinya
bersumber pada jiwa dan ruh. Karena itu hidup seorang muslim haruslah diarahkan
atas kerjasama yang sempurna antara kepentingan dan kebutuhan jasmani-rohani.
B.
SISTEM NILAI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Sistem
adalah merupakan suatu himpunan gagasan atau prinsip-prinsip yang saling
bertautan, yang bergabung menjadi suatu keseluruhan. Berhubungan dengan ini
nilai yang merupakan suatu norma tertentu mengatur ketertiban kehidupan sosial.
Sebab perasaan, juga sebagai makhluk individu, sosial dan bersusila.
Sebagaimana kita ketahui manusia juga merupakan makhluk budaya juga merupakan
makhluk sosial. Manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. oleh karena itu manusia dalam proses interaksinya haruslah
berpedoman pada normal-normal atau nilai-nilai kehidupan sosial dapat terbina
dengan baik dan selaras.
Manusia
merupakan subyek pendidikandan sebagai obyek pendidikan, karena itu sikap untuk
dididik dan siap untuk mendidik dimilikinya. Berhasil tipendaknya suatu usaha
atau kegiatan banyak tergantung pada jelas tidaklah tujuan. Maka pendidikan
yang berlandaskan pada filsafat hidup bangsa indonesia, yaitu pancasila, yang
menjadi pokok dalam pendidikan, melalui usaha-usaha pendidikan, dalam keluarga,
masyarakat, sekolah, dan perguruan tinggi.
Manusia
merupakan makhluk sosial juga merupakan makhluk budaya. Sebagai makhluk sosial tentunya
manusia selalu hidup bersama dalam artian bahwa sesungguhnya manusia itu hidup
dalam interaksi dan interdependensi sesamanya. Oleh karena itu manusia tidaklah
mungkin akan dapat memenuhi kebutuhannya tanpa adanya bantuan orang lain.
Karena pada dasarnya manusia akan membutuhkan sesuatu dari orang lain, baik itu
berupa jasmaniah (segi-segi ekonomis) maupun rohani ( segi spiritual). Dalam
rangka mengembangkan sifat sosialitasnya manusia akan terjadi
masalah-masalahyakni bahwa masalah sosial itu selalu ada kaitannya dengan yang
dekat dengan nilai-nilai (ahmadi, 1990 :12 ). Nilai tersebut adalah merupakan
faktor intern dengan hubungan antar sosial tersebut. Sehingga menurut Celcius
bahwa ubi societas, ibiius yaitu di mana ada suatu masyarakat, disana pasti ada
hukum. Menurut aliran progressivisme bahwa nilai itu timbul dengan sendirinya,
tetapi ada faktor-faktor masyarakat, dimana nilai itu timbul karena manusia
mempunyai bahasa, maka dengan demikian menjadi mungkin adanya saling hubungan
seperti adanya dalam masyarakat (Noor Syam, 1986: 127 ).
Dari
beberapa pendapat diatas dapat ditarik suatu pengertian bahwa nilai akan selalu
muncul apabila manusia (sebagai makhluk sosial) ini mengadakan hubungan sosial
atau dengan kata lain hidup bermasyarakat dengan manusia lain. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
aliran progressivisme “masyarakat menjadi wadah nilai-nilai”. Manusia didalam
hubungannya dengan sesama dan dengan alam semesta (hablum minannas wa hablum
minal alam ) ini tidak mungkin melakukan sikap yang netral.
Karena
pada dasarnya manusia itu sudah tentu mempunyai watak manusiawi seperti cinta,
benci, simpati, hormat, antipasti, dan lain sebagainya. Kecendrungan untuk
cinta, benci, simpati dll itu merupakan suatu sikap. Setiap sikap yang ada
adalah konsekuensi dari pada suatu penilaian, apakah penilayan itu didasarkan
atas azas-azas obyektif rasional atau subyektif emosional belaka (barnadib,
1987:31-32).
A.Pengertian
Nilai
Secara
umum , scope pengertian nilai adalah tak terbatas. Maksudnya bahwa segala
sesuatu yang ada dalam raya ini adalah bernilai namun kalau kita lihat kembali
bahwasanya, nilai adalah bagian dari filsafatenga yang dikenal dengan
aksiologi.ensiklopedi britanica dalam noor syam mengatakan bahwa nilai itu
adalah suatu penetapan atau suatu kualitas sesuatu objek yang menyangkut suatu
jenis epresiasi atau minat.
Perkembangan
penyelidikan ilmu pengetahuan tentang nilai menyebabkan bermacam-macam
pandangan manusia tentang nilai-nilai.begitu juga sejarah peradaban manusia
mengenai masalah-masalah nilai tetaplah merupakan problem, walau selama itu
pula manusia tetap tidak dapat mengingkari efektivitas nilai-nilai didalam
kehidupannya misalnya pada kaum penganut shopisme dengan tokohnya pitagoras
(481-411 SM) berpendapat bahwa nilai bersifat relatif tergantung pada waktu
(ibid:133).sedangkan menurut pandangan idealisme, nilai itu bersifat normatif
dan obyektif serta berlaku umum maksudnya ialah “bahwa sikap”, tingkah laku dan
ekspresi perasaan juga mempunyai hubungan dengan kualitas baiku dan buruk.
Dari
beberapa pendapat di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa nilai itu adalah
merupakan hasil dari kreativisika manusia dalam rangka melakukan kegiatan
sosial, baik itu berupa cinta, simpati dan lain-lain.
b. Bentuk
Dan Tingkat-Tingkat Nilai
Sebagaimana
yang telah kami uraikan diatas, maka nilai merupakan sesuatu yang ada
hubungannya dengan subyek manusia. Sesuatu yang dianggap bernilai jika pribadi
itu merasa bahwa segala sesuatu bernilai. Dengan demikian tujuan itu ialah
menuju kebaikan serta keluhuran dari manusia itu sendiri. Disamping itu adanya
perbedaan nilai itu secara objektif dan subyektif.
Burbecher membedakan nilai itu kedalam dua bagian yaitu
: nilai instrinsik dan instrumental. Nilai instrumental ialah nilai yang
dianggap baik karena bernilai untuk sesuatu yang lain. Selanjutnya, nilai
instrinsik adalah yang dianggap baik, tidak untuk sesuatu yang lain, melainkan
didalam dirinya sendiri.
Menurut
aliran realisme, kualitas nilai tidak dapat ditentukan secara konseptual
terlebih dahulu, melainkan tergantung dari apa atau bagaimana keadaannya bila
dihayati oleh subyek tertentu dan selanjutnya akan tergantung pula dari sikap
subyek tersebut. Namun ada juga yang membedakan bentuk nilai itu berdasarkan
pada bidang apa itu efektif dan berfungsi misalnya nilai moral, nilai ekonomi
dsb.
Pembagian
tingkat perkembangan menurut august comte dibagi menjadi tiga, yaitu : tingkat
theologis ,tingkat metafisika dan tingkat positif. Di mana tingkat teologis
adalah tingkat pertama , kemudian metafisis tingkat kedua , dan sebagai tingkat
yang paling atas apabila manusia telah menguasai pengetahuan eksata berarti
manusia itu telah mencapai tingkat positif (Noor syam,1986:132). Pada umumnya
masyarakat menganut pendapat bahwa hirarki nilai dalam kehidupan manusia adalah
indentik dengan hirarki tingkat-tingkat kebenaran ,sebab kebenaran ialah nilai
itu sendiri.
c. Nilai- Nilai Pendidikan Dan Tujuan
Pendidikan.
Menurut
Noor syam, bahwa pendidikan secara praktis tak dapat dipisahkan dengan
nilai-nilai terutama yang meliputi kualitas kecerdasan, nilai ilmiyah, nilai
moral, dan nilai agama yang semuanya tersimpul didalam tujuan pendidikan yakni
membina kepribadian ideal.
Tujuan
pendidikan, baik itu pada isinya ataupun rumusannya tidak akan mungkin dapat
kita tetapkan tanpa pengertian dan pengetahuan yang tepat tentang nilai-nilai.
Membahas tentang nilai-nilai pendidikan, akan lebuh jelas kalau dilihat melalui
rumusan dan uraian tentang pendidikan itu yang bersimpul dari semua nilai
pendidikan yang hendak diwujudkan didalam pribadi anak didik.
Untuk
menetapkan tujuan pendidikan dasar dan fikirannya harus melalui pendekatan-pendekatan seperti :
·
Pendekatan melalui analisis
historis lembaga-lembaga sosial.
·
Pendekatan melalui
analisis ilmiah tenteng realita kehidupan aktual.
·
Pendekatan melalui
normatfe philosophy, melalui nilai-nilai filsafat yang normatif.
Sedangkan
menurut aristoteles dalam karya rapar ( filsafat politik aristoteles)
mengatakan bahwa tujuan pendidikan hendaknya dirumuskan sesuai dengan tujuan
didirikannya suatu negara ( rapar, 1988 : 40 ). Dari beberapa argumen diatas
dapat diambil suatu pengertian bahwasannya nilai pendidikan bisa dilihat dari
tujuan pendidikan yang ada.
Keadaan
masyarakat dapat diukur melalui pendidikan, sesuai dengan pendapat plato dalam
rapar, yang mengatakan bahwa, kebrobokan masyarakat tak akan dapat diperbaiki
dengan cara apapun kecuali dengan pendidikan. Sebagai contoh tujuan pendidikan
kita yang tersebut dalam bab dua pasal 4 UU No. 2 tentang sistem pendidikan
nasional yaitu : Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada tuhsn ysng maha esadan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UU No.
2/1989).
d.
Etika Jabatan
Fungsi
dan tanggung jawab mendidik dalam asyarakat hampir merupakan kewajiban setiap
warga masyarakat. Setiap warga masyarakat sadar akan nilai dan peranan
pendidikan bagi generasi muda, khususnya anak-anak dalam lingkungan keluarga
sendiri. Secara kodrati atau secara naluri apapun namanya setiap orang tua
merasa berkepentingan dan berharap supaya anak-anaknya menjadi manusia yang
mampu berdiri sendiri, oleh karena itu kewajiban mendidik ini merupakan
panggilan sebagai moral tiap manusia.
Yang
jelas kaum profesional ialah mereka yang
telah menempuh pendidikan relatif yang cukup lama serta mengalami
latihan-latihan khusus. Oleh karena itulah dalam pendidikan seorang guru harus
mempunyai azas-azas umum yang universal yang dapat dipandang sebagai prinsip umum
seperti :
1. Melaksanakan
kewajiban dasar good will atau itikad baik, dengan kesadaran pengabdian.
2. Memperlakukan
siapapun, anak didik sebagai satu pribadi yang sma dengan pribadinya sendiri.
3. Menghormati
perasaan tiap orang
4. Selalu
berusaha menyumbangkan ide-ide, konsepsi-konsepsi dan karya-karya ilmiah demi
kemajuan bidang kewajiban (misalnya mendidik)
5. Akan
menerima haknya semata-mata sebagai satu kehormatan.
BAB III
KESIMPULAN
1. Hakekat
berarti adanya berbicara mengenai apa manusia itu, ada empat aliran yang
dikemukakan yaitu : aliran serba zat, aliran serba ruh, aliran dualisme, aliran
eksistensialisme.
2. Pandangan
tentang hakekat manusia ini poespoprodjo mengemukakan bahwa : Pertama ; Hakekat
manusia haruslah diambil dengan seluruh bagiannya yaitu bagian esensional
manusia, baik yang ,metafisis ( animalitas dan rasionalitas ) maupun fisik (
badan dan jiwa ) juga semua bagian yang integral ( anggota-anggota badan dan pelengkapannya
), Kedua ; Hakekatnya manusia harus diambil dengan seluruh nisbahnya, seluruh
kaitannya tidak hany terdapat keselarasan batin antara bagian-bagian dan
kemampuan –kemampuan yang membuat manusia itu sendiri, tetapi juga harus
terdapat keselarasan antara manusia denagn lingkungannya.
3. Nilai
adalah bagian dari filsafatenga yang dikenal dengan aksiologi.ensiklopedi
britanica dalam noor syam mengatakan bahwa nilai itu adalah suatu penetapan
atau suatu kualitas sesuatu objek yang menyangkut suatu jenis epresiasi atau minat.
4. Untuk
menetapkan tujuan pendidikan dasar dan fikirannya harus melalui pendekatan-pendekatan seperti :
·
Pendekatan melalui
analisis historis lembaga-lembaga sosial.
·
Pendekatan melalui
analisis ilmiah tenteng realita kehidupan aktual.
·
Pendekatan melalui
normatfe philosophy, melalui nilai-nilai filsafat yang normatif.
DAFTAR PUSTAKA
Jallaluddin,
Dr. dan Abdullah idi, Drs. Filsafat
Pendidikan. Jakarta : GNP, 1997.
Arifin,
H.M. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta
: Bina Aksara, 1999.
Juhairini. Filsafat
Pendidikan Islam . Jakarta : Bina Aksara, 1991.