Tujuan Bimbingan dan
Konseling
Urgensi bimbingan dan konseling semakin
terasa. kemajuan berpikir dan kesadaran manusia akan dirinya dan dunianya,
telah mendorong terjadinya globalisasi. Situasi global membuat kehidupan
semakin kompetitif, sehingga membuka peluang bagi manusia untuk mencapai status
dan tingkat kehidupan yang lebih baik. Untuk itulah diperlukan sarana secara tepat
dan teratur dalam mendorong manisi untuk hidup lebih optimal dengan segala
permasalahan yang dihadapinya.
Berdasarkan masalah di atas, maka secara
umum layanan bimbingan dan konseling adalah membantu peserta didik mengenal bakat, minat dan kemampuannya, serta
memilih dan menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan untuk merencanakan
karier yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.[1]
Kemudian secara khusus Syamsu Yusuf dan
Juntika Nurihsan merinci tujuan bimbingan konseling meliputi sebagai, berikut:
a. Tujuan bimbingan dan konseling yang
terkait dengan aspek pribadi sosial
individu dalam hal mi membantu agar:
1. Memiliki komitmen yang kuat dalam
mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan, Yang Maha Esa.
2. Memiliki sikap toleransi, saling
menghormati dan memelihara hak dan kewajiban masing-masing.
3. Memiliki, pemahaman tentang irama
kehidupan yang bersifat fluktuatif
4. Memilih pemahaman dan penerimaan diri
secara objektif
5. memiliki sifat positif
6. Meniliki kemampuan melakukan pilihan
secara sehat.
7. Bersifat respek terhadap orang lain
8. Memiliki rasa tanggung jawab
9. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial.
10. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan
konflik.
11. Memiliki kemampuan mengambil keputusan
secara efektif.
b. Tujuan bimbingan dan konseling yang berkait
dengan aspek akademik (Belajar) adalah sebagai berikut:
1.
Memiliki
sikap dan kebiasaan belajar yang positif
2.
Memiliki
motif yang, tinggi untuk belajar sepanjang hayat
3.
Memiliki
keterampilan atau teknik belajar yang efektif
4.
Memiliki
keterampilan untuk menetapkan tujuan
dan perencanaan pendidikan
5.
Memiliki
kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian
c. Tujuan bimbingan dan konseling yang
terkait dengan aspek karier adalah sebagai berikut :
1.
Memiliki
pemahaman diri (kemampuan dan minat)
2.
Memiliki
sikap positif terhadap dunia kerja
3.
Memiliki
kemampuan untuk membentuk intensitas kerja.
4.
Memiliki
kemampuan merencanakan masa depan
5.
Dapat
membentuk pola-pola karier yaitu kecenderungan ke arah karier
6.
Mengenal
keterampilan, kemampuan dan minat.[2]
Selain beberapa tujuan di atas, Rumusan tujuan bimbingan dan
konseling dapat diketahui melalui definisi bimbingan dan konseling yang telah
dibahas di muka, Crow and Crow misalnya, menyebutkan bahwa bimbingan diberikan
untuk mengatur kehidupannya sendiri, membuat Keputusannya sendiri dan
menanggung bebannya sendiri.[3]
Di samping itu, W. S. Winkel menyebutkan tujuan bimbingan ialah supaya orang
mampu mengatur kehidupannya sendiri, mengambil sikap sendiri, mempunyai
pandangan sendiri dan menanggung sendiri konsekuensi/resiko dan tindakan-tindakannya.[4]
Dari dua redaksi yang memaparkan tujuan
tersebut di atas mempunyai bahasa yang berbeda tetapi memiliki inti tujuan yang
sama yakni berkembangnya pribadi yang optimal dan mandiri dengan kemampuan yang
dimilikinya.
Pribadi mandiri dijelaskan Dewa Ketut
Sukardi, hendaknya menjalankan lima fungsi,
yaitu mengenal diri sendiri dan lingkungannya sebagaimana adanya,
menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis, mengambil
keputusan dan mengarahkan diri serta mewujudkannya dirinya.[5]
Melihat penjabaran tujuan bimbingan dan
konseling tersebut nampak bahwa tercapainya pemahaman diri yang diikuti dengan
kemampuan diri merupakan tujuan bimbingan dan konseling yang menjadi prioritas
utama, pemahaman diri menjadi sangat penting karena dengan pemahaman tersebut
seorang akan mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta
menerimanya dengan positif dan dinamis sebagai modal perkembangan diri lebih
lanjut, sedangkan kemampuan pribadi seseorang juga merupakan fondasi dalam memotivasi
dan memberikan kekuatan untuk mengembangkan potensi diri dengan optimal. Orang
yang lemah dalam memahami dirinya dan tidak sadar akan kemampuannya akan
kesulitan dalam merealisasikan diri di tengah-tengah masyarakat. Di samping itu
ia menjadi pribadi yang tidak sehat (bersedih hati dan rendah diri) yang akan
berpengaruh ke keadaan dirinya yang senantiasa labil (mudah stres dan
frustrasi)