Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Sebelum menguraikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar, terlebih dahulu penulis jelaskan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu :
”Hasil
dari proses belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang terdapat dalam individu
itu sendiri (faktor internal) maupun faktor yang berada diluar (faktor
eksternal). Faktor internal adalah kemampuan yang dimilikinya, minat dan
perhatiannya. Sedangkan faktor eksternal adalah proses pendidikan dan
pengajaran yang dapat dibedakan menjadi tiga lingkungan masyarakat".[1]
Pendapat lain menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses
belajar mengajar secara garis besarnya terbagi menjadi dua, yaitu :
1.
Faktor yang berasal dari luar
meliputi :
a.
Faktor-faktor non sosial
b.
Faktor-faktor sosial
2.
Faktor yang berasal dari dalam diri meliputi:
a.
Faktor-faktor fisiologis
b.
Faktor-faktor psikologis"[2]
Berdasarkan
pada pendapat di atas dapat dipahami bahwa berbagai faktor internal maupun
eksternal dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik
yang disebut dengan prestasi belajar.
Dalam mencapai hasil belajar, hampir dapat dipastikan bahwa peserta
didik mengalami berbagai kesulitan-kesulitan yang dapat mempengaruhinya, sebab
itulah tidak semua peserta didik memiliki tingkat prestasi yang sama. Oleh
sebab itu mengusahakan anak agar prestasinya meningkat bukanlah merupakan suatu
pekerjaan yang mudah, sebab belajar itu merupakan usaha-usaha individu atau
seseorang dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat
pengalaman-pengalaman dan latihan-latihannya yang sudah barang tentu di dalam
mengusahakannya tidak akan terlepas dari faktor-faktor/gangguan-gangguan yang
harus dihadapi.
Adapun faktor-faktor yang sering mempengaruhi prestasi belajar yang
diperoleh peserta didik itu pada umumnya dikarenakan adanya empat
faktor yaitu :
a. Faktor yang bersumber dari dalam
dirinya sendiri
b. Faktor yang bersumber dari
lingkungan sekolah
c. Faktor yang bersumber dari
lingkungan keluarga
d. Faktor
yang bersumber dari lingkungan masyarakat".[3]
Dari keempat faktor tersebut dapat diperkecil lagi menjadi dua macam,
yaitu :
1. Faktor indogen yang meliputi faktor fisiologis berupa keadaan jasmani
dan fungsi fisiologis dan faktor psikologis berupa motivasi belajar, minat,
perhatian.
2. Faktor eksogen yang meliputi faktor sosial berupa guru, kawan bergaul
dan lingkungan sekitar, serta faktor non sosial berupa waktu, tempat, sarana
dan prasarana, dana dan program.[4]
Sedangkan
dari kedua faktor di atas (endogen dan eksogen), unsur-unsur yang datang dari
dalam diri anak itu misalnya :
a.
Karena memang tidak mampu kekuatan
fisiknya.
b.
Karena kurang pengalaman
c.
Karena perkembangan yang belum
mulai
d.
Karena gangguan kesehatan
e.
Karena faktor yang lain
Sedangkan unsur yang datang dari luar diri anak adalah sebagai berikut:
a.
Keadaan lingkungan sekitar
b.
Keadaan keluarga yang retak
c.
Gangguan alam
d.
Situasi yang tidak mengizinkan dan
lain-lain".[5]
Dari kemungkinan-kemungkinan di atas, maka penyebab yang paling besar
datangnya adalah dari lingkungan keluarga karena;
"Sejak
kecil anak dibesarkan oleh keluarga dan untuk seterusnya, sebagian waktunya
adalah di dalam keluarga, maka sepantasnyalah kalau kemungkinan timbulnya
deliquensi itu juga sebagian besar berasal dari keluarga. Apakah itu dari kedua
orang tuanya, ataukah karena saudara-saudaranya, ataukah karena masalah sosial
ekonomi keluarganya, ataukah karena kurang adanya hubungan cinta kasih antara
orang tua dengan anaknya disebabkan cinta kasih dari orang tua kepada
anak-anaknya".[6]
Dari semua
kemungkinan-kemungkinan di atas, itu sangat berpengaruh terhadap proses
kegiatan belajar si anak dan jika hal ini terjadi maka sudah barang tentu
prestasi belajar peserta didikpun akan menurun. Oleh sebab itu orang tua jangan
sampai dalam lingkungan keluarganya selalu membuat keributan, pertengkaran atau
kericuhan antara si ayah, ibu dan anak. Dengan adanya kejadian ini akan
berpengaruh negatif dan gangguan ketenteraman, kenyamanan dan keharmonisan dalam
keluarga.
Dengan
demikian akan menyebabkan anak menjadi malas belajar bahkan akan mengakibatkan
anak menjadi brutal dan tidak peduli lagi akan keluarga. Sebab itu untuk
menanggulangi hal tersebut, orang tua di lingkungannya harus dapat memberikan
perhatian penuh dan tidak pilih kasih terhadap anak-anaknya. Dengan demikian
keselarasan dan keharmonisan dalam keluarga akan terwujud
[1]Nana Sudjana, Metode Statistika, (Bandung : Tarsito, 1989), hlm. 6.
[2]Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian,
(Jakarta : Rajawali Press, 1984), hlm.
249.
[3]Oemar Hamalik, Metode Belajar dan
Kesulitan-kesulitan Belajar, (Bandung
: Tarsito, 1983), hlm.112
[4]Suwarno, Pengantar Ilmu Pendidikan,
(Jakarta : Aksara Baru, 1985), hlm,.30.
[5]Agoes Soejanto, Bimbingan Kearah Belajar
yang Sukses, (Jakarta : Aksara Baru,
1981), hlm. 41.
[6]Agoes Soejanto, Psikologi Perkembangan,
(Jakarta : Aksara Baru, 1982), hlm. 226.